ada seorang anak muda yang bernama Adi. Dia sedang dalam perjalanan ke Jakarta dengan bis malam. Ketika ia sedang melihat pemandangan yang tidak jelas karena gelap, ada seorang kakek-kakek tua naik & menawarkan buku pada penumpang. Adi pun di tawarkannya, "Buku nak ? ada macam-macam kategori nih, ada buku silat, Cinta-cintaan, agama, banyak dah," Ujar si kakek. Adi yg tidak bisa tidur pun tertarik, "ada buku horor ga kek ?" kata Adi. "oh suka cerita horor ya? kebetulan sisa satu nih, pas lagi ceritanya nak. Tentang suatu bis yang di tinggali banyak arwah penasaran.
JUDULNYA 'PENUNGGU BIS BERDARAH'
"Serem banget dah pokoknya nak" ujar si kakek tua itu. "Boleh juga tuh kek, berapa harganya ?" kata Adi. "Rp.95.000 aja nak." kakek menjawab. Adi kaget, "wow, mahal bangeet kek harganya ?" "yaa namanya juga buku Best Seller nak, kata seseorang Semua yang baca buku ini kabarnya syok loh waktu baca Endingnya" kata kakek Promosi ala salesman . Karena adi Penasaran, Adi pun Mengalah. Entah kenapa, pada saat ia serahkan uang tersebut ke kakek, tiba-tiba petir menggelegar keras sekali. angin bertiup kencang. Dan setelah itu si kakek pun turun dari bis, namun tiba-tiba si kakek berhenti & menolehkan wajahnya pelan-pelan ke Adi. "Nak". ujar kakek dengan nada lirih "apapun yang terjadi, harap jangan buka halaman terakhir ya" "ingat !, apapun yang terjadi. kalau tidak nanti kamu akan menyesal & saya tidak mau bertanggung jawab" ujarnya lagi. Jantung Adi berdegup kencang. Saking takutnya, ia sampai tdk mampu menganggukkan kepala hingga si kakek turun dari Bis & Menghilang di telan kegelapan. Pada saat tengah malam PAS, Adi selesai membaca seluruh isi buku tersebut. Kecuali halaman terakhir. Memang benar yang di katakan si kakek, buku itu benar-benar menegangkan & menyeramkan. Bis melaju lumayan kencang, hujan turun dengan deras dengan Kilat Menyambar. Adi melihat sekeliling & ternyata semua penumpang sudah terlelap tidur. Bulu kuduknya pun merinding. "Baca halaman terakhir ga ya?" pikir Adi bimbang.
Antara Penasaran & rasa takut berbaur jadi 1. Di Luar, Malam semakin Larut dan tampak semakin gelap. "ah sudahlah, sekalian aja baca daripada nanggung!" ujar Adi penasaran. Dengan tangan gemetar, ia pun membuka halaman terakhir tersebut secara perlahan. Dan akhirnya tampak lembaran kosong dengan sepotong tulisan di bagian pojok kanan atas. sambil menelan ludah , Adi membaca huruf demi huruf yang tercantum. Dan Ia baca dalam hati "
""PENUNGGU BIS BERDARAH""
Terbitan CV. Pustaka Baru
Harga Pas: Rp.12.500
:-D
BIS HANTU ?
"Low Cost Green Car" tepatkah ?
Dunia otomotif Indonesia dihebohkan dengan kehadiran mobil murah atau bahasa kerennya Low Cost Green Car. Konsep mobil murah ramah lingkungan yang saya serap bahwasanya target market dari LCGC ini adalah masyarakat daerah golongan menengah ke bawah yang tujuannya adalah membantu mobilitas mereka. Dengan harga yang pemerintah bilang murah, mobil tersebut dipastikan dapat terjangkau oleh masyarakat daerah di dukung juga dengan pajak yang rendah. Beberapa perusahaan otomotif terkemuka pun langsung merespon dengan berlomba meluncurkan mobil murah nan ramah lingkungan pada event IIMS (Indonesia International Motor Show) di Jakarta bulan September 2013 lalu. Hikatakan hemat dan murah ditegaskan dengan tampilan mobil berjenis city car dan kapasitas mesin kisaran 1000 cc
Namun setelah beberapa bulan peluncuran, saya lihat memang LCGC ini mulai berkeliaran di jalanan namun apakah target market awal sesuai dengan konsumen ? Opini saya sih belum. Saya menemukan konsumen yang menggunakan LCGC berada di kota bukan daerah. Awalnya persepsi saya positif mungkin salah satu warga daerah sedang berkunjung ke kota. Namun karena penasaran saya pun mengikuti konsumen LCGC tersebut dan betapa terkejutnya ketika melihat pengemudi LCGC tersebut adalah ibu - ibu dengan dandanan agak "menor" dengan perhiasan mencolok dia gunakan. Orang sudah bisa menilai bahwa ibu itu adalah masyarakat kelas menengah ke atas. Kasus serupa saya temui di salah satu kampus universitas negeri di Semarang. Salah satu mahasiswa bisa di bilang anak seorang pejabat dan tentu golongan menengah ke atas betapa mengejutkan saat bercerita dengan teman - temannya bahwa saat ulang tahun iya dibelikan LCGC oleh orang tuanya. Esensinya itu tidak etis karena sama saja konsumen salah sasaran, tapi nasi sudah menjadi bubur dimana di awal peluncurannya, konsumen LCGC didominasi oleh golongan menengah ke atas. Ini tentunya menjadi bahan evaluasi sendiri bagi pemerintah.
Karena masih penasaran, saya mencoba observasi langsung ke daerah yang mayoritas masyarakatnya menengah ke bawah di kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Di sana saya hanya menemukan sepeda motor dan beberapa Truk dan Micro Bus yang kondisinya juga sudah tak layak jalan. Saat di singgung mengenai LCGC, kata "murah" yang disematkan menurut mereka masih dalam ukuran mahal. Bahkan harga paling murah untuk tipe tertentu yang dipatok oleh perusahaan produsen LCDC minim fasilitas, seperti tanpa power steering, tanpa electric window, entertaimen, dll. Belum lagi mesin yang mengharuskan konsumen mengisi bahan bakar jenis Pertamax. Masyarakat setempat lebih memilih menggunakan sepeda motor dalam mobilitas sehari hari karena harga lebih terjangkau di banding LCGC itu pun sebagian kelengkapan surat mati dan tanpa SIM karena jarak ke kantor cukup jauh dan itu pun masih ada proses proses lain. Sebagian memilih kredit Truk dan Micro Bus karena memang profesi mereka di bidang tersebut. Itu pun bisa di lihat tak layak jalan seperti dari Body dan ban karena memang mobil tua.
setelah sedikit observasi, saya setuju dengan pernyataan Joko Widodo bahwasanya LCGC akan menambah kemacetan. ya memang kehadiran LCGC hanya dilirik oleh kelas menengah ke bawah dan dibeli oleh kelas menengah ke atas. Lalu apa kabar dengan perusahaan jasa transportasi ? Perusahaan besar ya aman, lalu bagaimana dengan perusahaan kecil ? Ya apa adanya asalkan masih bisa jalan. Beberapa perusahaan kecil mulai reborn dengan peremajaan armada, namun tak sedikit yang berujung pailit karena lebih besar pasak dari pada tiang. Mungkin ini salah satu pekerjaan rumah yang harus dipikirkan secara matang dalam eksekusinya. Karena jika di biarkan akan memperparah masalah lalu lintas di Indonesia
Aditya Iman Hamidi