RSS

"Low Cost Green Car" tepatkah ?

Dunia otomotif Indonesia dihebohkan dengan kehadiran mobil murah atau bahasa kerennya Low Cost Green Car. Konsep mobil murah ramah lingkungan yang saya serap bahwasanya target market dari LCGC ini adalah masyarakat daerah golongan menengah ke bawah yang tujuannya adalah membantu mobilitas mereka. Dengan harga yang pemerintah bilang murah, mobil tersebut dipastikan dapat terjangkau oleh masyarakat daerah di dukung juga dengan pajak yang rendah. Beberapa perusahaan otomotif terkemuka pun langsung merespon dengan berlomba meluncurkan mobil murah nan ramah lingkungan pada event IIMS (Indonesia International Motor Show) di Jakarta bulan September 2013 lalu. Hikatakan hemat dan murah ditegaskan dengan tampilan mobil berjenis city car dan kapasitas mesin kisaran 1000 cc

Namun setelah beberapa bulan peluncuran, saya lihat memang LCGC ini mulai berkeliaran di jalanan namun apakah target market awal sesuai dengan konsumen ? Opini saya sih belum. Saya menemukan konsumen yang menggunakan LCGC berada di kota bukan daerah. Awalnya persepsi saya positif mungkin salah satu warga daerah sedang berkunjung ke kota. Namun karena penasaran saya pun mengikuti konsumen LCGC tersebut dan betapa terkejutnya ketika melihat pengemudi LCGC tersebut adalah ibu - ibu dengan dandanan agak "menor" dengan perhiasan mencolok dia gunakan. Orang sudah bisa menilai bahwa ibu itu adalah masyarakat kelas menengah ke atas. Kasus serupa saya temui di salah satu kampus universitas negeri di Semarang. Salah satu mahasiswa bisa di bilang anak seorang pejabat dan tentu golongan menengah ke atas betapa mengejutkan saat bercerita dengan teman - temannya bahwa saat ulang tahun iya dibelikan LCGC oleh orang tuanya. Esensinya itu tidak etis karena sama saja konsumen salah sasaran, tapi nasi sudah menjadi bubur dimana di awal peluncurannya, konsumen LCGC didominasi oleh golongan menengah ke atas. Ini tentunya menjadi bahan evaluasi sendiri bagi pemerintah.

Karena masih penasaran, saya mencoba observasi langsung ke daerah yang mayoritas masyarakatnya menengah ke bawah di kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Di sana saya hanya menemukan sepeda motor dan beberapa Truk dan Micro Bus yang kondisinya juga sudah tak layak jalan. Saat di singgung mengenai LCGC, kata "murah" yang disematkan menurut mereka masih dalam ukuran mahal. Bahkan harga paling murah untuk tipe tertentu yang dipatok oleh perusahaan produsen LCDC minim fasilitas, seperti tanpa power steering, tanpa electric window, entertaimen, dll. Belum lagi mesin yang mengharuskan konsumen mengisi bahan bakar jenis Pertamax. Masyarakat setempat lebih memilih menggunakan sepeda motor dalam mobilitas sehari hari karena harga lebih terjangkau di banding LCGC itu pun sebagian kelengkapan surat mati dan tanpa SIM karena jarak ke kantor cukup jauh dan itu pun masih ada proses proses lain. Sebagian memilih kredit Truk dan Micro Bus karena memang profesi mereka di bidang tersebut. Itu pun bisa di lihat tak layak jalan seperti dari Body dan ban karena memang mobil tua.

setelah sedikit observasi, saya setuju dengan pernyataan Joko Widodo bahwasanya LCGC akan menambah kemacetan. ya memang kehadiran LCGC hanya dilirik oleh kelas menengah ke bawah dan dibeli oleh kelas menengah ke atas. Lalu apa kabar dengan perusahaan jasa transportasi ? Perusahaan besar ya aman, lalu bagaimana dengan perusahaan kecil ? Ya apa adanya asalkan masih bisa jalan. Beberapa perusahaan kecil mulai reborn dengan peremajaan armada, namun tak sedikit yang berujung pailit karena lebih besar pasak dari pada tiang. Mungkin ini salah satu pekerjaan rumah yang harus dipikirkan secara matang dalam eksekusinya. Karena jika di biarkan akan memperparah masalah lalu lintas di Indonesia


Aditya Iman Hamidi

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS