Hallo,
selamat datang readers di blog saya. Kali ini saya akan berbagi cerita
sekaligus me – review bus yang saya
naiki saat perjalanan dari Semarang menuju Bogor pada 12 Januari 2016. Oke
diawali dengan mendatangi agen di pagi hari untuk reservasi tiket di terminal
Banyumanik – Semarang, PO (Perusahaan Otobus) Raya sendiri dipilih didasari
dengan rasa penasaran akan pelayanannya yang dinilai sangat memuaskan di
kalangan penggemar bis walaupun menggunakan armada yang “lawas”. PO Raya
sendiri mempunyai beberapa kelas diantaranya Non AC, Junior Executive (Junex),
Executive 28, Executive 24, dan kelas tertinggi yaitu kelas Super Top, untuk
jurusan Bogor hanya dilayani Junex dan Executive 28. Akhirnya kelas Junex
dipilih karena tarifnya yang masih terjangkau di harga 175 rb di banding
Executive 28 yang tarifnya 245 rb. Dan di dapatlah tiket dengan nomor 13-14 dan
diminta kumpul di agen pukul 18.30. Oh iya perjalanan ini saya di temani
partner saya.
18.45
kami terlambat sampai agen, setelah check
in ternyata bis belum datang, alhasil kami menunggu dan akhirnya pukul
19.30 bus dengan tulisan Junex 3 di kaca depan datang, ya itu bis yang akan
mengantarkan kami ke Bogor. Dari segi eksterior bis ini sudah terlihat lawas
dilihat livery yang bisa di bilang kaku yang menandakan bis ini memang sudah
beroprasi sejak lama. Body bis garapan Karoseri Laksana varian New Proteus
dilihat dari lampu belakang, dan lampu depan berbentuk kotak khas Mercy Tiger,
dan memang hampir semua bis Raya pada bagian depan menggunakan lampu yang sama.
Minim sentuhan LED layaknya bis – bis baru dan tidak diaplikasikan sistem
suspensi udara alias masih menggunakan suspensi asli Mercedez Benz yang
terkenal dengan kenyamanannya. Untuk AC pun menggunakan Thermo King yang bentuknya
kotak di bagian atas bus yang lazimnya dipakai pada bus lawas, ya ini memang
menjadi identitas sendiri dari PO Raya.
![]() |
eksterior depan |
![]() |
eksterior belakang |
Langsung
menitipkan koper di bagasi lalu naik ke atas bus. Sempet kaget karena seat 13 –
14 sudah ada yang mengisi, namun tidak menjadi masalah kami pun pindah ke seat
23 – 24. Okupansi penumpang saat itu tidak 100% dan ada beberapa penumpang yang
duduk double seat alias 2 kursi untuk
sendirian. Dari crew sendiri sangat ramah, umurnya kisaran 45 tahun ke atas.
Bus langsung diberangkatkan, dan tak lama crew memberikan selimut yang tebal
juga snack yang isinya air mineral
cup, tissue basah, serta bolu gulung
(enak ngga pake boong). Tipikal driver saat itu cukup cepat serta ada hentakan
di setiap perpindahan gigi, namun tidak mengurangi kenyamanan. Selama
perjalanan TV tidak dinyalakan namun musik kroncong tetap dimainkan yang
membuat suasana nyaman. Bisa dibilang di luar ekspektasi dilihat dari umur bis
ini memang sudah tua namun masih bisa berlari tidak kalah dengan bis bis yang
lebih muda.
Bis
yang saya tumpangi menggunakan mesin Mercedez Benz seri OH 1518 atau lebih
terkenal dengan nama Mercy King. Dari segi suspensi, sudah tak diragukan lagi
untuk pabrikan Mercedez Benz walaupun tidak menggunakan sistem suspensi udara.
Bis ini sangat terawat terlihat dari kemampuannya berlari.
![]() |
ruang kemudi |
Dari
segi interior sangat klasik, tak ada lampu LED dan tidak ada bagasi atas. Untuk
kelas Junior Executive (Junex) ini fasilitas yang didapat yaitu bantal,
selimut, foot rest, snack, dan service
makan malam. Total seat pada kelas Junex yaitu 32 seat dengan konfigurasi 2 –
2, cukup nyaman dengan tubuh saya dengan tinggi 173 cm.
![]() |
interior view ke depan |
![]() |
interior ke belakang |
![]() |
menjelang pool Tajur |
![]() |
jarak antar seat |
Ada
satu yang ikonik dari PO Raya sendiri yaitu seat yang diaplikasikan di dalam
bis. PO Raya menggunakan seat khas pesawat terbang. Terlihat dari bentuknya dan
beberapa tulisan di bagian belakang kursi yang membuat saya yakin itu eks seat
pesawat terbang. Untuk setara dengan kelas apa di pesawat terbang saya sendiri
kurang paham karena belum pernah naik pesawat terbang. (maaf curhat)
![]() |
seat bis Raya |
![]() |
tulisan di belakang seat |
![]() |
lebih jelasnya |
![]() |
dan lagi |
Perjalanan
sempat tersendat mulai dari exit tol Krapyak sampai Mangkang – Semarang,
selepas itu lancar sampai pukul 20.45 bis masuk ke RM. Pantes di daerah
Brangsong – Kendal untuk service makan malam. Terlihat beberapa bis Raya sudah
terparkir yang lampu depannya sama – sama menggunakan lampu depan Mercy Tiger.
Suasana dari rumah makan sendiri cukup bersih dan menu saat itu adalah nasi +
ayam/telur + tempe mendoan + oseng buncis/oseng tempe/tahu rica/sop + krupuk +
buah semangka + teh hangat. Soal rasa bisa di bilang enak, tidak kalah dengan
service makan dari PO Rosalia Indah di RM Sari Rasa. Dan akhirnya pukul 21.30
bis pun melanjutkan perjalanan kembali.
Pergantian
driver dilakukan di RM, driver kedua kali ini memegang kemudi. Cara
mengemudinya tidak beda jauh dari driver pertama namun umurnya lebih tua
sekitar 60 tahunan. Semenjak keluar rumah makan ada yang aneh dengan bis ini,
ternyata AC bis ini tidak terasa alias mati. Driver pertama yang sejak keluar
rumah makan diam di seat paling belakang atau kandang macan memberi isyarat
untuk menepi dan memperbaiki AC. Akhirnya lepas Kendal kota bus menepi dan crew
langsung melakukan perbaikan. Driver pun menghubungi mekanik untuk membantu
perbaikan yang langsung datang 25 menit kemudian. Syukur okupansi penumpang
saat itu tidak 100% jadi tidak begitu pengap walaupun AC mati. Dari luar
suasana menjadi cukup ramai, ternyata semua bis Raya yang berangkat setelah
Junex 3 ikut berhenti. Ya ini salah satu point yang saya sukai dimana
kekompakan sesama bis Raya terlihat, susah satu susah semua dengan resiko
keterlambatan sampai tempat tujuan. Sekitar 7 bis Raya ikut berhenti saat itu. Cukup
lama perbaikan di laksanakan dan sampai pukul 22.30 akhirnya AC Raya Junex 3
dapat menyala kembali dan perjalanan. AC Thermo King memang terkenal dengan
suhunya yang dingin, ini mengapa bis Raya memberikan fasilitas selimut yang
tebal.
Melewati
Gringsing dimana berjejer rumah makan yang merupakan service makan dari
beberapa PO sudah sepi, ya memang bis Raya sudah tertinggal dari beberapa
kompetitornya. Melewati tanjakan Plelen, bis ini dengan susah payah mendaki
tanjakan yang cukup curam. Memang sudah terlihat dari engine yang digunakan,
dengan perlahan tapi pasti tanjakan Plelen di lewati. Setelah itu saya terbuai
dengan empuknya seat Raya dan dinginnya AC Thermo King, alhasil rebahkan seat,
tarik selimut, lalu tidur zzzzz. FYI Bis Raya jika dari timur melewati tol
Cipali tapi dari barat via Pantura Indramayu karena service makan PO Raya ada
di RM Markoni daerah Subang / Indramayu.
Bis
masuk rest area tol Cipali (entah km dan jam brp) bersamaan dengan beberapa
adiknya dengan bodi kekinian alias tidak kotak yaitu body SR-1 garapan karoseri
Laksana. Disini suhu AC tidak sedingin saat selesai perbaikan, mungkin kambuh
lagi troble-nya, tapi ya karena mengantuk saya tidur lagi. Sempat bangun
menjelang gerbang tol Cikopo karena fungsi dari AC tidak terasa, setelah
melakukan transaksi di gerbang tol Cikopo driver pun menepi dan melakukan
perbaikan lagi ditemani 3 bis Raya. Hanya 15 menit AC pun dingin kembali dan
perjalanan pun dilanjutkan.
Pukul
06.00 bus sampai di pemberhentian terakhir di pool Tajur Bogor, mungkin jika
tidak ada trouble bisa sampai sekitar pukul 04.00 – 05.00 tapi ya bisa landing
pukul 06.00 juga sudah bagus. Akhirnya saya dan partner melanjutkan perjalanan
menuju rumah partner di Cigombong menggunakan angkot jurusan Sukasari –
Cicurug. Saya pun hanya transit di Cigombong dan sore harinya melanjutkan
perjalanan menuju Sukabumi dengan menggunakan mobil L300 jurusan Bogor –
Sukabumi yang banyak di panggil Bogoran / Kol Mini / Mini Sukhoi.
Itu
saja yang saya tulis, saya mengucapkan banyak terima kasih yang bersedia
meluangkan waktu untuk membaca di blog ini. Jika ada kesalahan mohon maaf dan
juga jika berkenan disampaikan melalui kolom komentar. Sampai jumpa lagi.