Diawali dengan adanya rasa kangen
yang begitu tak terbendung kepada orangtua dan semua di tanah kelahiran, Saya
memutuskan untuk pulang kampung ke Sukabumi. Po yang melayani jurusan Semarang
– Sukabumi hanya ada 2 yaitu Tunggal Daya non AC dan bisnis AC serta Rajawali
bisnis AC, keduanya memiliki trayek Sukabumi – Semarang – Wonogiri. Saya
memilih Rajawali karena memiliki pelayanan yang lebih baik walaupun tanpa
service makan. Tiket pun ditebus dengan harga Rp. 135.000 dengan mendapatkan
seat no 16. Yah “ora hotseat ora popo”
sambil mengelus dada karena jika reservasi tiket dari Semarang tidak bisa pilih
seat sendiri, seandainya dapat hotseat berarti anda “bejo”.
12 Mei 2014 hari keberangkatan
dan Saya sudah stand by di agen terminal Banyumanik, Semarang pukul 18.15 sebelum waktu
kumpul yang ditentukan pada tiket yaitu 18.30. Namun jam keberangkatan selalu
saja ngaret, ya maklum kondisi jalan tidak dapat ditebak, walaupun dari
Wonogiri tepat waktu tapi belum tentu Wonogiri – Semarang lancar, ya
nikmatilah. Suasana di terminal biasa saja karena bukan hari libur namun bus
yang masuk terminal cukup banyak. Ya sebutlah Haryanto, Pahala Kencana,
Ramayana, Gunung Mulia, Raya, Gunung Harta, dll.
Tepat pukul 19.05 bus yang akan
mengantarkan saya tujuan Sukabumi akhirnya datang. Bus berbody Discovery hasil
face off dari Proteus dengan dapur pacu Hino RK8 dengan livery teranyar
memasuki terminal Banyumanik. Yang unik dari livery terbaru ini, logo burung
lebih mirip seperti logo Twitter, but at least keren dan menampilkan sesuatu
yang berbeda. Yang bertugas malam itu crewnya bernama pak dhe Manto, sedangkan
kedua driver yang bertugas yaitu pak Sarno dan mas Rio. Mas Rio memiliki perawakan agak pendek dengan rambut botak dan agak gendut tapi ramah dan humoris. Pak Sarno perawakannya berambut
pendek dan cenderung pendiam, tapi wajahnya mengingatkan Saya pada pak Cucu eks
driver Rajawali yang sekarang tugas di Efisiensi.
19.10 pak Sarno mulai menjalankan bus,
okupansi bus saat itu tidak 100 %, ya hanya sekitar 30 penumpang dari total 40
kursi. Dari luar si Disco ini terlihat baru dan segar namun karena memang
dasarnya face off jadi ya dalemannya lawas. Untuk performa mesin masih tangguh,
hanya saja bunyi “kriyet kriyet” menurut Saya mengurangi kenyamanan di tambah
tidak diaplikasikan air suspension,
juga kabin yang masih menggunakan versi asli Proteus yang masih minim sentuhan
LED di kabinnya.
Jalanan di Semarang tidak begitu
lancar, mulai dari Sukun menjelang masuk tol ada pengecoran jalan yang membuat
jalan menjadi satu jalur. Sempet rebutan jalur dengan Pahala Kencana jetbus, namun bus
Rajawali memilih mengalah saja. Masuk tol Semarang bus dipacu konstan 80 – 90
kpj, ya maklum sih karena kebijakan solar dari pihak manajemen jadi ga bisa
sembarangan ngebejek gas. Masuk Krapyak lancar jaya tak seperti biasanya. Eh
menjelang Mangkang macet bro, panjang pula macetnya. Sampe – sampe beberapa bis
nekat buka jalur seperti Haryanto dan Zentrum MK, terus Rajawali ? Anteng aja
antri, karena memang bukan tipikal ngeblong sih, baru akan ngeblong kalo ada
bis line Bandung yang ngeblong juga. Selepas mangkang jalanan lancar tak ada
kendala sampai pukul 22.00 sampailah di RM Sendang Wungu, Gringsing dan
disambut dengan hujan yang deras. Rajawali pun parkir di sebelah duo Mulyo
Indah New Scorpion King dan Jetbus wanna be.
Karena tak ada service makan,
Saya hanya ke toilet dan langsung numpang ngecharge gadget sambil memandangi
bus bus yang berseliweran malam itu. Pukul 22.30 bus diberangkatkan kembali dan
Mulyo Indah belum beranjak dari parkirannya. Pak Sarno masih memegang kemudi dan
style masih jalan santai. Masuk tanjakan Plelen akhirnya Rajawali menyalip bus
lain yaitu Rosalia Indah Jetbus HD MB 1626 dan Ramayana Morodadi Prima MB entah
seri berapa. Ya terlihat perbedaan Hino dengan Mercedez Benz. Selepas itu
Rajawali hanya menjadi bulan bulanan pelari pantura. Ya beberapa yang menyalip
diantaranya Haryanto salah satunya HR 113 MB 1836, serta gerombolan Bejeu, New Shantika,
dan Nusantara membuat driver Rajawali tidak terpancing dan tetap berjalan
dengan santai. Daerah Pekalongan hazard dinyalakan dan Rajawali masuk ke pom
bensin. Lah kenapa ? Mau nyolar ? Tumben nyolar di Pekalongan ? Ato aplusan ?
Dan ternyata pak Sarno kebelet pipis hehehe. Oke langsung keluar pom terlihat
rombongan Nusantara Jetbus Purple Ribbon berharap salah satunya line Bandung
supaya driver kepancing. Oia sebelumnya Nusantara SE Scania Irizar
line Bandung sudah menyalip di daerah Subah. Dan ternyata benar, salah satu
line Bandung ada di rombongan tadi dan langsung menyalakan hazard dan menepi. Pak Sarno pun bergegas kembali ke ruang kemudi dan memindahkan bus ke belakang Nusantara tersebut. Teryata kedua driver
saling mengenal dan driver Nusantara membawa titipan paket untuk pak Sarno.
Terlibat obrolan sejenak sambil bersenda gurau diantara dua driver. Tak lama
keduanya kembali mengaspal, Nusantara langsung ngacir dan Rajawali ? yah masih
stay calm aja dah. Karena ngga ada yang istimewa dan bus cenderung jadi bulan
bulanan bis lain, Saya memilih tidur melihat seat belakang ada yang kosong
langsung diisi dan zzzzzz. Sempat bangun di exit tol Palimanan, bus berhenti
dan ternyata pak Sarno aplusan/substitution dengan mas Rio. Oke saya tidur lagi.
Bangun bangun sudah di Jatinangor
dan waktu menunjukan 04.20 wah ukurannya termasuk cepat padahal bus beberapa
kali berhenti. Masuk tol dan terus menuju Cianjur dengan tujuan akhir Sukabumi.
Tipikal mas Rio ini lincah walaupun hanya di jalan yang hanya 2 jalur. Cara
menyalip terlihat santai mungkin ini alasan kenapa driver ini kebagian di jalur
Cirebon – Sukabumi. Dan akhirnya pukul 07.25 sampailah di Sukabumi. Saat memasuki wilayah Sukabumi barulah mas Rio menyalakan musik dangdut, pikir Saya kenapa ngga dari
semalem mas. Saya maju dan duduk di kursi CD karena hampir sampai tempat saya turun, mas Rio sempet menanyakan “mas ngga senam
dulu ? sengaja saya muter musik lho.” Saya pun menjawab “wah sambil jalan aja
mas senamnya, lagian kenapa ngga dari semalem ?” mas Rio pun menyaut lagi
“bahaya mas kalo dari semalem saya nyalain, takutnya bis ini menggila” dan kami
pun sontak tertawa. Itu kenapa Saya bilang mas Rio ini humoris karena hal ini,
dia tidak canggung ke orang lain. Saya pun turun di gang Isnen untuk lanjut
naik angkot ke rumah saya. Tak lupa mengucapkan terima kasih kepada crew.
Yah begitulah catatan perjalanan
“one night service” dengan PO Rajawali. Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca report turing ini.